Manfaat Format Komsel Dombapa yang Santai bagi Peserta Kristen yang Masih “Bayi Rohani” dan yang Sedang Lemah Iman
Mengapa Format Santai dalam Komsel Dombapa Penting?
Tidak semua orang percaya memiliki tingkat pertumbuhan rohani yang sama. Ada yang baru mengenal Kristus, ada yang masih dalam tahap mencari pemahaman, dan ada juga yang sedang mengalami masa-masa kelemahan iman.
Format Komsel Dombapa yang santai dan inklusif dirancang agar siapa pun dapat datang, belajar, dan bertumbuh tanpa merasa terbebani atau tertekan.
1. Mendukung Pertumbuhan “Bayi Rohani” dengan Kasih dan Kesabaran
Dalam 1 Korintus 3:1-2, Paulus berkata:
“Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukan makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya.”
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang baru bertumbuh dalam iman membutuhkan “susu rohani” sebelum siap menerima pengajaran yang lebih dalam. Komsel Dombapa memberikan ruang bagi peserta yang masih bayi rohani untuk bertanya, memahami, dan bertumbuh secara perlahan dalam suasana yang nyaman dan penuh dukungan.
2. Tempat yang Aman bagi yang Sedang Lemah Iman
Banyak orang percaya mengalami masa-masa sulit dalam iman mereka. Bisa jadi mereka kecewa, ragu, atau merasa jauh dari Tuhan.
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” – Galatia 6:2 (TB)
“Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.” – 1 Korintus 9:22 (TB)
Komsel Dombapa adalah tempat di mana mereka dapat menemukan komunitas yang mendukung, tanpa takut dihakimi atau dikucilkan. Dengan diskusi yang membangun dan pendekatan yang santai, mereka dapat kembali menemukan kekuatan dalam iman mereka.
3. Komsel Adalah Ibadah, Tetapi Bukan Kebaktian
Komsel Dombapa tetap merupakan bagian dari ibadah kepada Tuhan, tetapi bukan kebaktian formal seperti di gereja. Hal ini penting untuk dipahami agar peserta memiliki ekspektasi yang tepat.
Dalam Matius 18:20, Yesus berkata:
“Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”
Ini menunjukkan bahwa persekutuan kecil seperti komsel juga merupakan bagian dari ibadah, meskipun dalam format yang lebih fleksibel. Jika peserta membutuhkan pengalaman kebaktian yang lebih formal dengan pujian, penyembahan, dan pengajaran lebih mendalam, maka mereka akan diarahkan ke kebaktian gereja umum yang lebih sesuai dengan kebutuhan tersebut.
4. Yesus dan Para Rasul Memberi Teladan dalam Mengajar dengan Santai
Sepanjang pelayanan-Nya, Yesus dan para rasul sering mengajar dan berdiskusi dalam suasana yang santai, tanpa harus mengikuti pola ibadah yang kaku. Contohnya:
- Yesus mengajar di tepi danau (Markus 4:1-2), di mana Ia berbicara dalam perumpamaan kepada banyak orang tanpa memulai dengan ritual formal.
- Yesus berbincang dengan perempuan Samaria di tepi sumur (Yohanes 4:7-26), di mana percakapan terjadi secara alami tanpa doa pembuka atau pujian.
- Yesus makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa (Matius 9:10-13), menunjukkan bahwa persekutuan bisa terjadi dalam berbagai situasi informal.
- Paulus berdiskusi di Areopagus (Kisah Para Rasul 17:22-34), di mana ia berbicara dengan orang-orang Yunani tentang iman tanpa memulai dengan liturgi formal.
Semua contoh ini menunjukkan bahwa penyampaian firman Tuhan tidak harus selalu dilakukan dalam format kebaktian gereja. Justru, dengan format yang lebih santai, banyak orang merasa lebih nyaman untuk bertanya, berdiskusi, dan memahami kebenaran.
Kesimpulan
Format Komsel Dombapa yang santai dan terbuka memberikan banyak manfaat bagi peserta Kristen yang masih dalam tahap pertumbuhan rohani atau sedang mengalami kelemahan iman. Komsel ini menjadi tempat yang aman untuk belajar, berbagi, dan dikuatkan tanpa tekanan.
Sementara itu, peserta yang membutuhkan kebaktian formal akan tetap diarahkan ke gereja, sehingga mereka dapat bertumbuh dalam iman sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan mereka masing-masing.
Dengan meneladani cara Yesus dan para rasul dalam mengajar, kita dapat melihat bahwa firman Tuhan dapat disampaikan dalam berbagai situasi, tanpa harus terikat pada tata cara ibadah yang kaku.