Mengikuti Firman Tuhan, Bukan Sekadar Tradisi Manusia dalam Komsel
Sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk hidup menurut firman Tuhan, bukan sekadar mengikuti tradisi atau kebiasaan yang dibuat manusia. Termasuk dalam membangun sebuah Komsel atau kelompok persekutuan, kita tidak harus terikat pada format acara yang sudah umum diterapkan di gereja atau komsel lain.
π Markus 7:8 berkata:
βPerintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.β
Yesus sendiri menegur orang-orang yang lebih mementingkan tradisi buatan manusia daripada kebenaran firman Tuhan. Maka dalam menjalankan Komsel, yang utama adalah bagaimana firman Tuhan disampaikan dengan efektif, bukan sekadar meniru apa yang sudah biasa dilakukan orang lain.
1. Firman Tuhan Harus Menjadi Prioritas, Bukan Tradisi
Banyak komsel atau persekutuan yang memiliki format acara tertentu, misalnya:
- Harus ada pujian dan penyembahan di awal dan akhir.
- Harus mengikuti liturgi tertentu.
- Harus ada sesi kesaksian dari semua peserta.
- Harus dilakukan di gereja atau tempat tertentu.
Sebenarnya, tidak ada ayat dalam Alkitab yang mewajibkan format acara seperti ini.
π Kolose 2:8 mengingatkan kita:
βHati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafat yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.β
Yang penting dalam persekutuan bukanlah ritual atau kebiasaan, tetapi bagaimana firman Tuhan bisa dipahami, diterima, dan diterapkan dalam kehidupan peserta.
π‘ Kesimpulan:
Jika suatu format acara justru menghambat pertumbuhan rohani peserta, maka kita boleh menyesuaikannya. Komsel tidak harus selalu sama dengan kebiasaan yang sudah ada.
2. Yesus dan Para Rasul Tidak Terikat Tradisi dalam Mengajar
Sepanjang pelayanan-Nya, Yesus tidak pernah terikat pada format ibadah yang baku ketika Ia mengajar atau berdiskusi. Justru, Ia sering mengajar dalam suasana yang santai dan fleksibel.
π Contoh cara Yesus mengajar kepada orang banyak:
-
Yesus mengajar di tepi danau (Markus 4:1-2)
-
Yesus mengajar banyak orang di tepi danau dengan perumpamaan.
-
Tidak ada doa pembuka atau pujian, tetapi langsung mengajar.
-
-
Yesus berkhotbah di bukit (Matius 5-7)
-
Ini dikenal sebagai Khotbah di Bukit, di mana Yesus menyampaikan ajaran penting seperti Ucapan Bahagia dan Hukum Kasih.
-
Tidak ada liturgi, hanya pengajaran firman Tuhan yang langsung diterima oleh banyak orang.
-
-
Yesus memberi makan 5000 orang (Matius 14:13-21)
-
Sebelum mujizat ini terjadi, Yesus mengajar orang banyak sepanjang hari.
-
Mereka mendengarkan pengajaran-Nya tanpa ada sesi ibadah formal.
-
-
Yesus mengajar di Bait Allah dan di pelatarannya (Lukas 19:47-48)
-
Setiap hari Yesus mengajar di Bait Allah, tetapi dengan metode yang berbeda dari ibadah Yahudi.
-
Orang-orang datang untuk mendengarkan tanpa mengikuti format ibadah tradisional.
-
-
Yesus berbicara dalam perayaan di Yerusalem (Yohanes 7:37-38)
-
Pada hari terakhir perayaan, Yesus tiba-tiba berdiri dan berseru tentang air hidup.
-
Ia tidak mengikuti aturan upacara ibadah, tetapi langsung menyampaikan pesan penting.
-
π‘ Apa yang bisa kita pelajari?
-
Yesus tidak membatasi pengajaran firman Tuhan hanya dalam ibadah formal.
-
Ia menyesuaikan metode pengajaran dengan situasi dan kondisi pendengarnya.
-
Fokusnya bukan pada ritual, tetapi pada pemahaman dan penerimaan firman Tuhan.
3. Para Rasul Juga Mengajar dengan Fleksibel
Setelah Yesus naik ke surga, para rasul meneruskan pengajaran-Nya dengan cara yang fleksibel dan tidak kaku.
π Contoh dalam Alkitab:
- Paulus berdiskusi di Areopagus (Yunani) β (Kisah Para Rasul 17:22-34)
- Paulus tidak mengadakan ibadah formal, tetapi berbicara menggunakan konsep yang dipahami orang Yunani.
- Ia tidak memulai dengan doa atau pujian, tetapi langsung menjelaskan kebenaran dengan bijaksana.
- Petrus berkhotbah di rumah Kornelius β (Kisah Para Rasul 10:24-48)
- Petrus tidak melakukan ibadah formal, tetapi langsung menyampaikan firman Tuhan kepada keluarga Kornelius.
- Tanpa sesi nyanyian atau penyembahan, tetapi Roh Kudus bekerja dan mereka menerima Kristus.
- Persekutuan di rumah-rumah β (Kisah Para Rasul 2:46-47)
- Jemaat mula-mula sering berkumpul di rumah-rumah, tidak dalam format ibadah gereja yang kaku.
- Mereka saling berbagi firman Tuhan dalam suasana santai dan akrab.
π‘ Apa yang bisa kita pelajari?
- Para rasul tidak terikat pada aturan ibadah Yahudi dalam menyampaikan Injil.
- Mereka mengajar dengan cara yang paling efektif sesuai dengan situasi dan audiens mereka.
- Roh Kudus bekerja tanpa harus ada format ibadah tertentu.
4. Komsel Dombapa Tidak Harus Meniru Format Komsel atau Gereja Lain
Dari contoh Yesus dan para rasul, kita belajar bahwa menyampaikan firman Tuhan tidak harus mengikuti tradisi tertentu.
Karena itu, Komsel Dombapa dirancang lebih fleksibel, dengan beberapa prinsip utama:
β
Tanpa sesi pujian-penyembahan β Agar peserta non-Kristen dan bayi rohani tidak merasa canggung.
β
Format santai dan diskusi terbuka β Agar semua orang bisa bertanya dan belajar dengan nyaman.
β
Tidak harus di tempat ibadah β Bisa dilakukan di rumah, kafe, taman, atau tempat lain yang nyaman.
β
Tidak semua peserta harus berbicara β Agar waktu tidak habis hanya untuk mendengar banyak pendapat tanpa arah.
β
Fokus pada pemahaman firman Tuhan β Bukan sekadar mengikuti kebiasaan atau liturgi tertentu.
π Matius 28:19-20 (Amanat Agung):
βKarena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.β
Yang terpenting adalah menjadikan orang-orang murid Kristus, bukan sekadar menjalankan acara dengan format tertentu.
5. Mengutamakan Hasil, Bukan Rutinitas
Dalam pelayanan, efektivitas lebih penting daripada sekadar menjalankan rutinitas.
πΉ Jika tradisi membantu orang bertumbuh dalam iman, maka itu baik.
πΉ Jika tradisi justru menjadi penghalang, maka kita harus berani menyesuaikannya.
π Roma 12:2:
βJanganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.β
π‘ Kesimpulan:
- Jangan takut mengubah format acara komsel jika itu lebih efektif dalam menjangkau dan membangun peserta.
- Ikuti firman Tuhan, bukan sekadar kebiasaan atau tradisi yang tidak berdasarkan Alkitab.
- Yesus dan para rasul mengajar dengan fleksibel, tanpa terikat pada ritual atau aturan ibadah tertentu.
π₯ Komsel yang hidup bukanlah komsel yang sekadar menjalankan tradisi, tetapi komsel yang benar-benar membawa orang lebih dekat kepada Tuhan! π₯